Waktu menulis dan berkarya akhirnya mampir juga di saat yang tepat ketika pikiran sibuk meminta lahirnya karya baru. Meski lama dengan keraguan diri sanggup atau tidak menyelesaikan sebuah naskah, pada akhirnya ragu itu terhempas dengan beberapa momen yang datang dan mendorong diri untuk menyelesaikannya.
Akhirnya awal tahun ini menjadi pembuka untuk karya lahir ke dunia. Sebuah novel yang menceritakan hal-hal yang tidak disangka oleh manusia yang menemukan sahabat dalam waktu- waktu hidupnya. Cerita yang terinspirasi dari pertemuan- pertemuan manusia di luar sana yang kadang tidak menyadari bahwa hubungan persahabatan bisa timbul dari hal-hal ringan dan rasanya ajaib!
Di Ruang Temu, Bersahabat muncul untuk para penikmat novel dengan isi yang ringan dan manis mengiringi alur yang menurut beberapa pembaca ingin terus membuka lembaran demi lembarannya untuk mengetahui akhir dari misteri yang ada.
Di Ruang Temu, Bersahabat
Dimana bisa mendapatkan novel ini? Novelnya bisa didapatkan di beberapa toko online seperti tokopedia, guepediastore, bukalapak juga shopee. Kalian bisa masuk ke laman-laman toko online tersebut dan menuliskan judul bukunya di box pencarian. Semoga kalian berhasil menemukannya ya. Akhir kata selamat membaca novelnya!
Kenalan katanya. Kenal apa? Kenalan sama banyak hal di dunia melalui kacamata dunia Jebi (masih ingat Jebi kan? – boleh dibaca artikel2 sebelumnya kalau belum kenal). Bagaimana bisa? Bukankah sudah sekian lama kita semua terkena imbas pandemi? Iya pandemi dan sederet imbasnya, namun itu semua tidak menyurutkan niat para kakak di dunia Jebi untuk terus berbagi banyak hal untuk anak-anak.
Apa saja sih yang sudah dilakukan dunia Jebi selama masa pandemi ini? Nah! Di masa pandemi ini para kakak di dunia Jebi menyusun sekian ide-ide yang berterbangan untuk ditangkap dan berbagi langsung. Misalnya saja Mengenalkan Tips dan Trik Merawat Kucing yang dipandu oleh kak Nataresmi, seorang pencinta kucing yang cukup aktif berbagi informasi seputaran kucing. Anak-anak yang hadir saat itu cukup menaruh perhatian pada penjelasan kak Nata saat itu.
Berikut gambaran kegiatan saat kenalan bareng kak Nata dan dunia kucingnya bersama Klab Jebi.
Mengenal dunia kucing bersama Kak Nataresmi
Selain kenalan sama dunia kucing, Klab Jebi juga sempat berbagi cerita tentang dunia animasi yang mengangkat tema Pekerjaan Animator. Saat pengenalan anak-anak yang mengikuti juga nampak swnang sekaligus gembira. Bagaimana tidak? Saat itu kak Ramdan Dwiputra dari studio Patopo sekaligus mengenalkan perangkat masa kini dari dunia animasi dan membuat contoh yang juga menarik bagi anak-anak.
Mengenal dunia animasi bersama kak Ramdan
Cukup seru juga kan melihat kegiatan mengenal dunia animasinya?
Apa masih ada lagi yang dikenalkan Klab Jebi? Masih dong! Klab Jebi juga sempat mengadakan kelas bahasa Inggris bersama sebuah tempat belajar bahasa Inggris yakni My Olympus. Pengenalannya terbilang cukup mengasyikan, apalagi setelah masuk ke waktu-waktu permainan dengan bagan yang cukup interaktif. Cas cis cus dan angkat tangan jadi bagian menyenangkan untuk semua waktu itu.
kenalan dunia bahasa Inggris bersama My Olympus
Kemudian Klab Jebi juga berkeswmpatan untuk kenalan sama seorang kakak dari Indonesia yang tinggal di Norwegia. Namanya kak Ayu, ada banyak hal yang kak Ayu bagi saat bercerita tentang Norwegia juga cukup banyak pertanyaan yang dilempar anak-anak tentang Norwegia dan itu membuat suasana semakin menyenangkan saat itu.
Mengenal Norwegia bersama kak Ayu
Bermacam-macam topik muncul dari para kakak di Klab Jebi. Setiap topik miliki kesannya masing-masing. Kenalan sekitaran itu menyenangkan! Ada banyak pelajaran dan catatan yang bisa disimpulkan dari sebuah kegiatan; peristiwa juga acara. Menyenangkan bukan? Apa Klab Jebi masih akan terus menyuguhkan banyak hal? Masih adalah jawabannya. Mau tahu lagi ada apa di Klab Jebi? Jangan lupa di follow medsosnya di FB, IG juga twitter nya di @duniajebi . Terimakasih sudah menyimak semoga bermanfaat.
Masa pandemi dan beragam ceritanya membawa saya untuk meneropong lagi karya yang dibuat oleh seorang teman seniman. Mengajukan diri untuk mengkurasi karya-karyanya yang biasanya hanya dilihat ketika dia sedang berpameran ataupun melalui media sosialnya. Seniman yang kali ini berhasil saya kurasi karyanya adalah Prabu Perdana. Melihat karyanya pertama kali di sebuah gedung pameran di Kota Bandung tahun 2012 membuat saya mengikuti karya-karya lukis yang dibuatnya kemudian dan dipamerkan di beberapa kota di Indonesia.
Berikut adalah kurasi karyanya yang bertema Social Distancing – Ketidakhadiran Manusia Dalam Karya Landscape.
Gambar Pantai Selatan Kurasi : Pandang Laut Tak Jemu
Memandang pada barisan air yang sibuk bercerita tentang langkanya manusia membuat hari menjadi abdi kebebasan untuk alam. Mereka pun bersorak sorai tanpa kehadiran manusia yang sejatinya selalu berada di sekitar dan kadang membuat kesunyian terbentak jadi ramai. Pantai kali ini menggambarkan lagi tentang kedalaman makna kehidupan itu sendiri. Betapa banyaknya dorongan emosi manusia-manusia sepi yang hidup diantara bingar dan menginginkan ketentraman hati di sela riuhnya perputaran waktu. Alam menangkap ambang batas kemanusiaan pada semesta. Mereka yang pikuk dengan pikirannya kali ini hilang, beristirahat jiwa layaknya jiwa semesta kelautan beristirahat. Waktunya menenangkan diri dan kembali membangun diri… Ini adalah kesempatan membenahi yang terlalu dalam menumpuk pada pikiran juga hati. Dorongan kebermanfaatan pada hal-hal positif ketika lingkungan itu bersih dan menghasilkan vitamin segarnya.
Tanpa manusia kami tetap menderu dan bercerita , tetap memandang tengadah sambil melihat padaNYA yang membiarkan kami hidup. Berterimakasih pada Sang Maha Pencipta untuk segar yang kembali setelah hilang sekian waktu lamanya.
Ini masa pandemic, namun bukan akhir dari segalanya untuk semesta. Begitupula untuk manusia di luar sana yang sedang menyusun kembali langkah-langkah mereka untuk suatu hari kembali di hadapan kami dengan kebersihan yang lapang.
Gambar Potret Kota Kurasi : Wicara Bisu
Ramai yang hilang menjadi sepi. Dalam sekejap saja tempat-tempat yang biasanya penuh hilir-mudik akhirnya menjadi bisu. Papan iklan menjadi saksi bisu tentang keberadaan sekitar yang tadinya penuh dengan himpitan emosi pelbagai tingkatan kelas sosial. Cerita-cerita yang saling halang-melintang tentang pertemuan-pertemuan pun kesepakatan-kesepakatan di udara. Komunikasi yang terdengar sangat jarang membuata siapa saja yang melewati memandang area-area itu. Biasanya ada banyak debu-debu polusi menempel tebal di kesehariannya pada papan iklan. Namun tak lagi, tidak ada lagi kematian pikiran tentang kekuatiran mengejar jam masuk kerja atau sekolah. Lingkungannya senyap yang tersisa adalah pembangunan-pembangunan yang terhenti, kegiatan angin semilir dan dedaunan yang sibuk menari pada batang-batang. Pemandangan yang langka di hari biasa dan menjadi biasa di waktu yang sepi. Lampu jalan pun beroperasi secukupnya, tak lagi menerangi banyak penghuni jalanan. Jalanan mengikuti masa, ada masa dimana hening kemudian ramai dan kembali hening. Selama masih berfungsi baik, selalu ada cerita kehidupan di jalanan meski dalam keadaan tanpa manusia.
Gambar Kehidupan Urban Kurasi : Laras di Masa Rasa
Melihat masa depan dari masa kini dimana lahan besar persawahan merubah layarnya menjadi deretan perumahan yang dibangun berdasarkan kebutuhan. Papan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Hari ini sawah – sawah berganti rupa menjadi sekawanan beton-beton tingkat dan datar bergantung pada kebutuhan manusianya. Kehidupan baru menurut para manusia, namun kesemuan bagi alam. Rentetan beton dan kehidupan mengganti cerita kesuburan dan kekayaan alam semesta menjadi lingkungan-lingkungan yang mati. Tanpa kesuburan juga kekayaan pun ketenangan. Menatap masa depan yang lebih cerah sambil berpijak di atas kemunduran kehidupan lingkungan semesta itu sendiri. Miris bukan? Tapi apa boleh buat, waktu maju dan mengendurkan semua saraf alami menjadi buatan. Perubahan membuat lingkungan tak lagi sama menjadi samar akan kehidupan yang tenang. Dan apakah manusia-manusia berpikir tentang keselarasan itu?
Gambar Lanscape_Capture Kurasi : Desir Menyapa
Daun-daunnya terbang! Melayang mengikuti kehendak YME dengan ketidaktahuan akan pertemuan atau sapaan – sapaan baru kelompok daun yang lainnya. Angin membawa mereka pergi jalan-jalan menikmati dunia dimana tidak semua daun seberuntung mereka yang lepas atau terlepas juga dilepaskan inangnya. Dalam putaran berlanjut pertemuan baru terjadi, pergerakannya kadang terlihat berlawanan layaknya emosi yang tak karuan dalam perjalanan. Kemudian kembali tenang menandakan proses menuju hal baik lainnya ada. Pertemuan daun-daun layaknya gambaran pertemuan para manusia yang berbicara mengenai cerita sehari-hari yang sederhana lagi seru. Menerima sapaan dari ragam tumbuhan juga tanaman yang terlewati sepanjang jalan seperti gambaran manusia-manusia yang berproses menerima keadan-keadaan yang dijalaninya dalam pertemuan-pertemuan baru. Daun-daunnya terus berlenggok menari senang. Dalam putaran yang begitu cepat mereka tetap hidup dan menerima apa yang ditakdirkanNYA. Keindahan masa itu hanya mereka yang merasa.
Gambar Landscape Capture Kurasi : Akar Diri
Pandangan yang jauh, belum tentu sampai tapi terus mencoba. Perjalanan jauh mencapai asa menghijaukan bumi yang belum juga subur meski waktu berputar dan usia menua. Dalam cita-cita pencapaiannya ada keyakinan yang tumbuh untuk terus berjuang bersama teman-teman. Dengan kesadaran yang tinggi bahwa untuk mencapainya tidak mudah. Bisa saja muncul ketimpangan-ketimpangan. Akan tetapi harapan hidup dan angan-angan mendapatkan kehidupan yang lebih baik mewarnai pengalaman bersama melewati ruang dan rana yang tidak mulus dan jauh dari yang dibayangkan. Lagi-lagi nuansa luas membawa dorongan baik pada pikiran untuk bersabar meskipun lelah, berdiri tegak untuk mendapatkan perlakuan yang adil juga mempercayai mukjizat-mukjizat yang datang tiba-tiba tanpa diundang. Menggapai cita-cita itu penuh perjuangan namun bukan berarti tidak bisa dilakukan sama sekali. Dapat! Asalkan mau mulai berjalan.
Tali simpul :
Didalam sederetan gambar-gambarnya, Prabu melakukan refleksi yang muncul dari lingkungan sekitar. Tentang manusia dengan segala keruwetan dan kompleksitas kehidupan yang ada di sekitarnya. Kontemplasi menjadi bagian kecil yang dapat menentukan terbatas menjadi di luar batas. Luar batas yang juga menjadi batasan ekstra bagaimana manusia-manusia mendapatkan pencapaiannya. Melalui lingkungan sekitar, Prabu bercerita tentang ragam pemikiran manusia, jatuh bangunnya sebuah kehidupan juga perkenalan-perkenalan yang membawa perspektif baru untuk dijalankan atau diaplikasikan dalam kehidupan.
Alam memiliki keterikatan batin dengan manusia senantiasa mengingatkan bahwa kita adalah si kecil yang belajar merangkak, melangkah kemudian berjalan dan kadang berlari untuk mengejar impian-impian saat kecil. Alam mengajarkan kita yang kecil dan mereka yang luas dan sesuatu di luar sana yang Maha. Maha mengetahui setiap sisi pemikiran manusia dan menghantarkannya pada pencapaian mimpi.
Siapa yang percaya pada mukjizatNYA akan ditunjukan jalan-jalan rahasia menuju keberhasilan.
Siapa yang percaya pada mimpinya dialah yang akan menjadi pemenang kehidupan.
Siapa yang bersyukur untuk segala terpaan dan himpitan cobaan dia juga yang akan mendulang banyak senyuman dari dunia.
Gambar-gambarnya dibuat jauh sebelum masa pandemic, akan tetapi suara dalam setiap guratan gambarnya memberi aba-aba tentang apa itu social distancing dan perlunya menyadari hal-hal yang sering dilupakan manusia. Seperti maraknya manusia yang mengunjungi pantai dan pulang dengan memberikan banyak sampah di pantai juga lautan. Pun terlalu bergerumul dalam sebuah lingkungan perkotaan karena banyak sebab yang menghasilkan pandangan lingkungan yang juga kurang menyenangkan ditambah dengan kebisingan-kebisingan lainnya. Terlalu senangnya manusia membangun sesuatu yang menyebabkan lingkungan tak lagi nyaman dan menimbulkan kekuatiran-kekuatiran di masa yang lebih jauh lagi. Meski begitu dalam deretan gambar, Prabu juga tetap melekatkan pentingnya kesadaran diri untuk tetap mempercayai kehendak Yang Maha Esa akan proses-proses kehidupan yang berjalan. Social distancing bukan merupakan akhir melainkan jembatan lain menuju kebiasaan berikutnya yang akan muncul. Bagaimanapun itu nanti grafik keberhasilannya, selalu ada upaya baik yang dilakukan menuju esok yang lebih terang.
Filed under: Uncategorized — alirankatabelu @ 3:32 am
Dudu tas tas tas, apakah itu dunia dududu yang bernyanyi dan tas tas yang dipenuhi sekumpulan tas? || Bukaaan! ||| Oooh lalu apa kalau begitu? || Ini (^_^) .
Jebi dan Kertas Lipatnya
Dutas – dunia kertas dimana si Jebi muncul lagi sambil belajar dan berkreasi bersama seorang kakak pelipat kertas yang lalu lalang di dunia melipat kertas selama 7 tahun belakangan ini. Meskibegitu Jebi juga baru saja mengenal kakak pelipat kertas ini yang sebelumnya lebih dikenal di dunia bela diri. Ciaaat! Ciaaat! Apa kakak ini menggunakan jurus-jurus tertentu dalam praktik lipatnya? Hanya jurus ceria menghadapi teman-teman kecil di depannya yang berinteraksi dengan senangnya hari itu.
Februari 22, 2020 menjadi sebuah pertemuan baru antara anak-anak dan Kak Ketut di dunia melipat dasar. Dimulai dari stretching awal supaya tangan anak-anak dibiasakan kembali mengingat rumus lipatan sambil membuat bentuk-bentuk dasar yang sudah disiapkan sang kakak untuk anak-anak. Melipat dan sedikit senda gurau menjadi pembangun suasana kelas melipat hari itu.
Dibagi menjadi dua sesi ternyata tidak membuat anak-anak bosan dengan kelas melipat ini. Dari sesi awal dengan membuat bentuk lipatan dasar , dilanjutkan dengan membuat cerita dari lipatan yang dibuat saat itu. Hari itu anak-anak tidak hanya melipat, tapi sekaligus membuat karya cerita dari lipatan-lipatan yang mereka buat. Selipan-selipan kuis juga menjadi waktu yang menyenangkan untuk semua. Belajar, bermain dan berkarya heii senyum untuk semua hari itu. Terimakasih untuk ilmu melipatnya.
Di negeri perangai
Hup! Hup! Hup!
Dinding kokoh wah
Lalu selusup
Dan perhatikan
Kanan kiri dilihat saja banyak hahaha dan hihihi
Perangai seri dalam serial
Menggantung tanpa akhir
Berjalan lagi dan temu
Perangai tinggi yang lembek
Hmmm kelembekan ini mengapa seenaknya ongkang-ongkang kaki di atas
Menjadi penggembira atas dirinya sendiri
Sungguh kasihan
Kaca dan tanpa kaca hanya sibuk berlenggok lihatkan mimik-mimik penguntai perangai
Hmmm kelembekan yang aneh
Tak heran dinding wah itu
Lembek
Hai hai hai Perangai Tinggi yang Lembek
Jangan menghamba pada jutaan mimik penguntai perangai
Jatuh nanti , mimik dan perangai ikut lebur tak bangun
Dan apakah kebanggaan berada di atas dengan perangai yang kelembekan itu?
Di negeri perangai
Hup! Hup! Hup!
Imaji menjadi sahabat yang kadang mematikan tanpa disadari
Karena kesadaran pada semesta dipindah pada diri yang lembek tak kokoh
Di negeri perangai
Hup! Hup! Hup!
Dalam serial berkepanjangan
Membosankan tanpa kemajuan
Cemerlang dalam tipuan
Tak Abadi
Di Negeri Perangai
Tipu
Recent Comments